Struktur Sosial
SK
:
- Memahami
struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas
sosial
KD
:
- Mendeskripsikan
bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena
kehidupan
- Menganalisis
faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat
- Menganalisis
hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial
Tujuan
Pembelajaran:
Setelah
mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:
1. Menjelaskan
definisi struktur sosial
2. Mengidentifikasi
struktur sosial
3. Mendeskripsikan
fungsi dan bentuk-bentuk struktur sosial
A. Definisi Struktur Sosial
STRUKTUR
SOSIAL
Pengertian
Struktur Sosial
Suatu
struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih mantap dan
tetap, yang terdiri atas jaringan relasi-relasi kelas sosial hierarkis dan
pembagian kerja tertentu, serta ditopang oleh kaidah-kaidah,
peraturan-peraturan, dan nilai-nilai budaya.
Dalam
pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua konsep penting,
status (status) dan peran (role). Pada umumnya struktur sosial memiliki empat
elemen dasar, yaitu:
1.
Status sosial
Merupakan
kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam masyarakat. Status terbagi atas:
•
Ascribed status → status
yang didapat secara otomatis melalui kelahiran
• Achieved
status → status
yang didapat melalui usaha sendiri
• Assigned
status → status
yang diberikan kepada seseorang karena jasanya bagi masyarakat
2.
Peran sosial
Merupakan
seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status
sosial tertentu.
3.
Kelompok
Merupakan
sekelompok orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan harapan yang sama
serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi
4.
Institusi
Merupakan
kumpulan norma-norma yang berkisar pada pemenuhan suatu kebutuhan pokok di
dalam kehidupan masyarakat.
STRATIFIKASI
SOSIAL
1.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Masyarakat
sebenarnya telah mengenal pembagian atau pelapisan sosial sejak dahulu. Pada
zaman dahulu, Aristoteles menyatakan bahwa didalam setiap negara selalu
terdapat tiga unsur, yakni orang-orang kaya sekali, orang-orang melarat dan
orang-orang kaya. Menurut Aristoteles, orang-orang kaya sekali ditempatkan
dalam lapisan atas oleh masyarakat, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan
dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan dalam lapisan
masyarakat menengah.
Adam
Smith membagi masyarakat ke dalam kategori sebagai berikut: orang-orang yang
hidup dari hasil penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja dan
orang-orang yang hidup dari keuntungan perdagangan. Thostein Veblen membagi
masyarakat ke dalam golongan pekerja, yang berjuang untuk mempertahankan hidup,
dan golongan yang mempunyai banyak waktu luang, yang begitu kayanya sehingga perhatian
utamanya hanyalah “pola konsumi yang menyolok mata” untuk menunjukkan betapa
kayanya mereka.
Pada
tahun 1937 Franklin D. Roosevelt memberikan gambaran yang jelas tentang
kehidupan golongan rendah dalam salah satu bagian pidato pelantikannya (sebagai
Presiden Amerika Serikat): “Saya melihat sepertiga dari seluruh rakyat bangsa
ini kekurangan tempat tinggal, kekurangan sandang dan kekurangan pangan”.
Berikut
ini berapa definisi stratifikasi sosial :
1.
Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2.
Max Weber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
3.
Cuber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari
hak-hak yang berbeda.
Stratifikasi
sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
2.
Karakteristik Stratifikasi Sosial
Ada
tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu perbedaan
kemampuan, perbedaan gaya hidup, serta perbedaan hak dan akses dalam
pemanfaatan sumber daya.
a.
Perbedaan kemampuan dan kesanggupan
Anggota
masyarakat yang menduduki strata tinggi tentu memiliki kesanggupan dan
kemampuan yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat di bawahnya.
b.
Perbedaan Gaya Hidup
Seorang
direktur perusahaan dituntut selalu berpakaian rapi. Biasanya mereka juga
melengkapi penampilan dengan aksesori-aksesori lain untuk menunjang kemantapan
penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, memakai pakaian merek
terkenal dan perlengkapan lain yang sesuai dengan statusnya.
c.
Perbedaan Hak dan Akses dalam Pemanfaatan Sumber Daya
Seseorang
yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan makin banyak hak dan fasilitas yang
diperolehnya. Sementara itu seseorang yang tidak menduduki jabatan apapun tentu
saja hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan makin kecil.
3. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Setiap
masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut,
pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak
kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai,
semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya
mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai
kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang
yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati
lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai
tugas apa-apa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang
bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor,
penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang
dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan
pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
4. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial
a.
Stratifikasi Ekonomi
Jika
dalam suatu masyarakat, faktor ekonomi merupakan salah satu hal yang dihargai
maka memungkinkan terjadinya pelapisan atau stratifikasi sosial di bidang
ekonomi. Orang-orang yang mampu memperoleh kekayaan akan menduduki lapisan
atas. Istilah kaya identik dengan orang-orang yang memiliki banyak benda-benda
bernilai ekonomi. Sebaliknya, mereka yang kurang atau tidak mampu akan
menduduki lapisan bawah.
Pelapisan
ekonomi dapat dilihat dari segi pendapatan, kekayaan dan pekerjaan. Kemampuan
ekonomi yang berbeda-beda dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi ekonomi.
Orang-orang yang berpendapatan sangat kecil dan tidak memiliki harta benda akan
menduduki lapsian bawah. Lapisan atas, misalnya konglomerat, pengusaha besar,
pejabat dan pekerja profesional yang berpenghasilan tinggi. Lapisan bawah,
misalnya gelandangan, pemulung, buruh tani dan orang-orang miskin lainnya.
Suatu
hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa stratifikasi sosial dalam bidang
ekonomi ini bersifat terbuka, jadi perpindahan antar kelas dapat terjadi secara
bebas sesuai dengan kemampuan seseorang. Seseorang dari golongan pekerja kasar,
yang karena keuletannya berhasil mengumpulkan harta kekayaan, secara ekonomis
telah merubah statusnya menjadi kelas yang lebih tinggi. Akan tetapi dari sisi
perilaku dan kebiasaan, dia tampak tertinggal untuk mengimbangi anggota kelas
atas.
Berikut
pendapat para ahli mengenai stratifikasi ekonomi:
1).
Aristoteles
Membagi
masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
-
Golongan sangat kaya;
-
Golongan kaya dan;
-
Golongan miskin.
Golongan
pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan
kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari para pedagang, dan lain-lain.
Golongan
ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan
rakyat biasa.
2)
Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi dua golongan, yakni:
a.
Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat
produksi.
b.
Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi.
Termasuk
3)
Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas
yakni:
a.
Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b.
Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c.
Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
d.
Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
e.
Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f.
Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
Kelas
sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas
sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas
sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas
sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor,
pengrajin terkemuka
Kelas
sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas
sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang
bergantung pada tunjangan.
b. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial yang dimaksud disini adalah dalam arti yang lebih khusus misalnya
stratifikasi berdasarkan tingkat dan jenis pendidikan serta jenis pekerjaan.
Dalam
bidang pendidikan kita dapat menjumpai stratifikasi sosial yang tersusun
berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut:
1)
Pendidikan sangat tinggi (profesor, doktor)
2)
Pendidikan tinggi (sarjana)
3)
Pendidikan menengah (SMA)
4)
Pendidikan rendah (SD dan SMP)
5)
Tidak berpendidikan (buta huruf)
Stratifikasi
di bidang pendidikan ini bersifat terbuka, artinya seseorang dapat naik pada
lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampu berprestasi.
Pelapisan
yang berbentuk pelapisan sosial dapat kita temukan pula dalam bidang pekerjaan.
Pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan berpatokan pada keahlian,
kecakapan dan keterampilan.
Menurut
Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial berdasarkan ukuran pekerjaan
sebagai berikut:
1)
Elit → adalah
orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan yang oleh masyarakat sangat
dihargai
2)
Profesional → orang
yang berijazah serta bergelar di dunia pendidikan yang berhasil
3)
Semi-profesional → seperti
pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah dan mereka yang tidak
berhasil mencapai gelar
4)
Tenaga terampil → misalnya
orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik, pekerja pabrik yang terampil
dan pemangkas rambut
5)
Tenaga semi terampil → misalnya
pekerja pabrik tanpa keterampilan, dan pelayan restoran
6)
Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik → misalnya pembantu rumah tangga,
tukang kebun dan penyapu jalan.
Sedangkan
pada masa lalu, stratifikasi sosial di desa-desa yang umumnya merupakan
masyarakat petani terutama didasarkan pada hak milik atas tanah, sawah, kebun
dan rumah.
Pada
masyarakat Jawa Tengah terdapat stratifikasi didasarkan pada kepemilikan tanah.
Stratifikasi
itu adalah sebagai berikut:
1)
Golongan priyayi, yaitu golongan pegawai pemerintah desa atau para pemimpin
formal di desa
2)
Golongan kuli kenceng, yaitu golongan pemilik sawah yang juga berperan sebagai
pedagang perantara
3)
Golongan kuli gundul, yaitu golongan penggarap sawah dengan sistem maro (bagi
hasil)
4)
Golongan kuli karang kopek, yaitu golongan buruhtani yang mempunyai tempat
tinggal dan pekarangan saja, mereka tidak mempunyai tanah pertanian sendiri.
c. Stratifikasi Politik
Stratifikasi
dalam bidang politik dilihat dari faktor kekuasaan. Mereka yang memiliki kekuasaan
atau wewenang terbesar akan menempati lapisan tertinggi. Sebaliknya, mereka
yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali menduduki lapisan politik paling
bawah.
Kekuasaan
dalam suatu masyarakat biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Golongan
tersebut dinamakan the rulling class atau golongan yang berkuasa. Mereka ini
menduduki lapisan tertinggi dalam stratifikasi politik sebagai elit politik.
Mereka inilah yang memegang dan menjalankan kekuasaan dalam suatu negara.
Stratifikasi
politik atau pelapisan sosial berdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-tingkat
(hierarki) yang menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver, ada tiga tipe umum
dalam sistem dan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta,
tipe oligarki dan tipe demokratis.
1)
Tipe Kasta
adalah
sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku. Tipe ini
biasanya terdapat pada masyarakat yang menganut sistem kasta, dimana hampir
tidak terjadi mobilitas vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan
hampir tak mungkin ditembus
2)
Tipe Oligarki
adalah
sistem lapisan kekuasaan yang masih mempunyai garis pemisah tegas, tapi dasar
pembedaan kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama
kesempatan bagi para warga masyarakat unuk memperoleh kekuasaan tertentu.
Bedanya dengan tipe kasta adalah walaupun kedudukan warga masih didasarkan pada
kelahiran, individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
3)
Tipe Demokratis
Pada
tipe demokratis, garis-garis pemisah antarlapisan sifatnya fleksibel dan tidak
kaku. Kelahiran tidak menentukan kedudukan dalam lapisan-lapisan, yang
terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan,
misalnya anggota organisasi dalam suatu masyarakat demokratis yang dapat
mencapai kedudukan tertentu melalui organisasi politiknya.
d. Stratifikasi Sosial pada Masa
Kolonialisme
Stratifikasi
sosial di Indonesia pada saat ini berbeda dengan saat berada di bawah pengaruh
penjajah atau kolonialisme. Pada masa penjajahan, secara umum terdapat dua
golongan masyarakat. Golongan tersebut, yaitu golongan penguasa yang terdiri
atas kaum penjajah dan golongan terjajah yang diduduki oleh rakyat.
Pemerintah
kolonial Belanda bahkan mengeluarkan undang-undang mengenai status perbedaan
kedudukan sosial antar penduduk. Peraturan tersebut adalah Peraturan Hukum
Ketatanegaraan Hindia Belanda (Indische Staatsregeling) tahun 1927. Menurut
peraturan tersebut, masyarakat Indonesia dibedakan menjadi sebagai berikut.
1)
Golongan Eropa atau yang dipersamakan
Golongan
ini merupakan golongan tingkat atas dan masih dibedakan lagi menjadi berikut
ini:
a)
Bangsa Belanda dan keturunannya
b)
Bangsa-bangsa Eropa lainnya yang terdiri atas bangsa Portugis, Prancis, dan
Inggris
c)
Orang-orang lain (yang bukan bangsa Eropa) dan telah masuk golongan Eropa dan
sah dipersamakan dengan golongan Eropa
2)
Golongan Timur Asing
Merupakan
golongan menengah atau lapisan kedua. Golongan ini terdiri atas orang Cina dan
bukan Cina. Golongan yang bukan Cina terdiri atas orang Arab, India, Pakistan
dan oran gdari negara Asia lainnya
3)
Golongan Bumiputra
Merupakan
golongan tingkat bawah atau lapisan ketiga. Golongan bumiputra terdiri atas
masyarakat pribumi atau bangsa Indonesia asli
5. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
a.
Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak
lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian
keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
b.
Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama Biasanya dilakukan dalam pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti :
pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.
6. Kriteria untuk Menentukan Stratifikasi Sosial
Kriteria
atau ukuran yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan para anggota masyarakat
ke dalam suatu lapisan tertentu adalah sebagai berikut :
a.
Kekayaan
Kekayaan
atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang yang memiliki harta benda
berlimpah (kaya) akan lebih dihargai dan dihormati daripada orang yang miskin.
b.
Kekuasaan
Kekuasaan
dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Seorang yang
memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas,
sebaliknya orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
c.
Keturunan
Ukuran
keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan yang dimaksud
adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Kaum
bangsawan akan menempati lapisan atas seperti gelar :
-
Andi di masyarakat Bugis,
-
Raden di masyarakat Jawa,
-
Tengku di masyarakat Aceh, dsb.
d.
Pendidikan
Pendidikan
bukan sekedar memberikan keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang seperti perubahan mental, selera, minat,
tujuan, etika, cara berbicara dan sebagainya. De Fronzo (1973) menemukan bahwa
dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda
dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak
tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding.
e.
Pekerjaan
Pekerjaan
merupakan salah satu penentu kelas sosial. Pada masyarakat primitif pembuat
tombak, pembuat sampan, dan dukun memiliki status sosial yang jelas berdasarkan
jenis pekerjaan mereka. Orang-orang Cina Klasik menghormati ilmuwan dan
memandang rendah serdadu; Orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Jenis
pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih
tinggi. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan
pendidikan tinggi. Pekerjaan merupakan aspek stratifikasi sosial yang penting,
karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
Jika kita mengetahu jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi
rendahnya pendidikan, standar hidup, jam kerja dan kebiasaan sehari-hari
keluarga orang itu. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi,
standar moral dan orientasi keagamaannya.
7. Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
a.
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi
ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada
mobilitas horisontal saja. Stratifikasi sosial bersifat tertutup terdapat pada
masyarakat berkasta dan masyarakat feodal.
1)
Sistem kasta yang terdapat dalam masyarakat India
Mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau kelahiran
b)
Keanggotaan berlaku seumur hidup
c)
Perkawinan bersifat endogami
d)
Hubungan dengan kelompok lainnya bersifat terbatas
e)
Kasta diikat oleh hubungan-hubungan yang secara tradisional telah ditetapkan
2)
Masyarakat Feodal
Pada
dasarnya stratifikasi sosial dalam masyarakat feodal adalah sebagai berikut:
a)
Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus dihormati serta
ditaati oleh rakyatnya
b)
Lapisan utama diduduki oleh raja dan kaum bangsawan
c)
Rakyat harus mengabdi pada raja serta bangsawan
3)
Politik Rasial
Masyarakat
yang lapisan sosialnya berdasarkan perbedaan rasial seperti halnya terjadi di
Afrika Selatan pada saat masih menerapkan sistem apartheid (perbedaan warna
kulit)
b.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi
ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:
•
Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
•
Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada
niat dan usaha.
8. Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
a.
Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,
tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan
seseorang.
b.
Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang
menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima
anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
c.
Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,
cara berpakaian dan bentuk rumah.
d.
Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
e.
Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki
sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
9. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Unsur-unsur
di dalam stratifikasi sosial adalah kedudukan (status) dan peranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan unsur pokok sistem lapisan dalam suatu masyarakat
dan mempuanya arti yang sangat penting bagi masyarakat.
a. Status Sosial
Setiap
individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status
merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam
tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompok masyarakatnya.
Bagaimana
cara individu memperoleh statusnya? Cara-cara memperoleh status atau kedudukan
adalah sbb:
1)
Ascribed Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha.
Status ini sudah diperoleh sejak lahir.
Contoh:
Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
2)
Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat
terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengajar
serta mencapai tujuan tujuannya. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui
pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
3)
Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan
status melalui usaha. Status ini diperolah melalui penghargaan atau pemberian
dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan
masyarakat.
Contoh:
gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dan
sebagainya.
b.
Peran
Peranan
merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya,
maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang
diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status.Antara kedudukan dan
peranan tidak dapat dipisahkan, karena saling tergantung satu sama lain.
Dalam
rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak.
Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia
bukan polisi. Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena
dengan peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan
orang lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang
sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu,
karyawan kantor sekaligus (lihat gambar berikut).
Peran
juga dapat diartikan sebagai seperangkat harapan yang dikenakan pada individu
yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan itu mempunyai dua
segi.
1)
Role expectation. Yaitu harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran. Hal
ini merupakan kewajiban.
2)
Role performance. Yaitu harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran
terhadap masyarakatnya. Hal ini merupakan hak pemegang peran.
Sedangkan
jika ditinjau dari segi cakupannya, peranan sosial dapat mencakup tiga hal
berikut:
1)
Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Contoh :Sebagai seorang pemimpin harus dapat
menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin
tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
2)
Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat, contoh : seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik
hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
3)
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat, contoh : Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri,
dsb, merupakan peran dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan
masyarakat.
Peranan
memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain.
Fungsi
tersebut antara lain:
1)
Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur
masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2)
Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka
yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan
pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
3)
Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri,
seperti seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu,
seorang seniman dengan karyanya, dsb.
10.
Akibat Perbedaan Kedudukan dan Peran Sosial dalam Tindakan dan Interaksi Sosial
Perbedaan
pendidikan, kekayaan, pekerjaan, status atau kelas sosial tidak hanya
mengakibatkan perbedaan gaya hidup dan tindakan. Perbedaan tersebut juga
menimbulkan sejumlah perbedaan lain dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti:
a.
Menentukan kesempatan hidup
Sejak
masa dalam kandungan hingga pada saat meninggal dunia, kesempatan dan imbalan
seseorang memang telah dipengaruhi oleh kelas sosialnya. Kurang gizi sang ibu
bisa mempengaruhi kesehatan dan kekuatan janin sebelum dilahirkan. Seorang bayi
dari kelas sosial rendah bukan hanya lebih berkemungkinan untuk meninggal dunia
sebelum dewasa, tetapi juga akan menderita penyakit lebih lama selama hidupnya.
Data sensus menyangkut “ketidakmampuan kerja” (dalam pengertian tidak bekerja
karena adanya penyakit serius yang memakan waktu relatif lama) menemukan bahwa
kasus ketidakmampuan kerja dikalangan pekerja berpenghasilan rendah lebih
tinggi daripada kalangan pekerja berpenghasilan tinggi.
b.
Kebahagiaan dalam keluarga
Pada
tahun 1974 Cameron dan kawan-kawan meminta kepada sejumlah besar orang orang
untuk menyatakan perasaan mereka tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan.
Cameron dan kawan-kawan menemukan bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada
atau tidak adanya cacat tubuh. Tidak pula dipengaruhi oleh faktor usia, karena
orang tua pun sering merasa bahagia sebagaimana halnya orang muda. Dari semua
faktor yang diteliti ditemukan bahwa kelas sosial lah yang memiliki kaitan
paling erat.
c.
Membentuk gaya hidup
Perbedaan
kelas sosial dalam banyak hal mempengaruhi perilaku dan gaya hidup yang
ditampilkan. Salah satu contohnya adalah penggunaan waktu luang berbeda-beda
pada setiap kelas sosial. Keragaman penggunaan waktu luang tersebut sebagian
disebabkan oleh faktor biaya dan selebihnya oleh faktor selera.
Disamping
itu, dalam beberapa segi gaya hidup dan perilaku sosial, kelas sosial rendah
tampak leibh konservatif daripada kelas sosial lainnya. Kelas sosial rendah
merupakan kelas sosial yang paling terlambat dalam menerapkan kecenderungan
baru, seperti misalnya, cara pengambilan keputusan dalam keluarga yang bersifat
demokratis, cara mendidik anak atau cara penggunaan alat keluarga berencana.
Orang-orang
kelas sosial rendah rampaknya ragu-ragu untuk menerima pemikiran dan cara-cara
baru. Terbatasnya pendidikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan
orang-orang kelas sosial rendah itu tidak mengetahui latar belakang pemikiran
yang mendasari perubahan tersebut. Hal tersebut, yang diperkuat oleh sikap
tidak percaya terhadap orang-orang yang berstatus sosial tinggi membuat
orang-orang kelas sosial rendah mencurigai para ahli dari kalangan kelas sosial
menengah dan atas, serta orang-orang yang menunjang perubahan.
d.
Membentuk sikap politik
Berbagai
studi memperlihatkan bahwa kelas sosial mempengaruhi perilaku politik
seseorang. Menyangkut sikap politik, orang-orang kelas sosial rendah lebih
sering mendukung calon-calong pemimpin yang berpandangan radikal, yang
menghendaki perubahan secara drastis, terutama jika perubahan itu berkaitan
dengan bantuan pemerintah terhadap para pemilih tersebut .
Sedangkan
hasil studi yang dilakukan oleh Erbe (1964), Hansen (1975), Kim, Petrocik dan
Eneksen (1975) menyimpulkan bahwa makin tinggi kelas sosial, makin cenderung
individu memiliki ketertarikan di bidang politik. Mereka cenderung mendaftarkan
diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik politik, menjadi anggota
organisasi yang mempunyai arti penting secara politis dan berusaha mempengaruhi
pandangan politik yang lain.
e.
Menyelesaikan “pekerjaan kotor”
Pada
setiap masyarakat terdapat banyak pekerjaan yang tidak menyenangkan, sehingga
orang harus dibujuk untuk mau mengerjakannya. Namun demikian, setiap masyarakat
yang kompleks menaruh kepercayaan terutama pada sistem kelas sosial untuk
memaksa orang agar mau mengerjakan pekerjaan yang membosankan. Gabungan yang
terdiri atas latar belakang kebudayaan, pembatasan kesempatan belajar dan
disikriminasi kesempatan kerja, semua itu membuat orang kelas sosial rendah
tidak mampu bersaing untuk memperoleh jenis pekerjaan yang lebih baik. Sebagai
akibatnya hanya jenis pekerjaan buruk yang tersisa. Apakah keadaan tersebut
diciptakan secra sengaja atau tidak, sasaran akhirnya tetap sama juga, yakni
agar pekerjaan kotor itu dapat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak bekerja
pada jenis pekerjaan yang baik
f.
Menyiapkan anggota demi status yang lebih baik
Kelas
sosial menengah dan kelas sosial atas atas berusaha menyiapkan para anggota
kelas sosialnya untuk memerankan fungsi khusus dalam masyarakat. Para orang tua
kelas sosial menengah berupaya untuk mendorong anak-anak mereka dengan
memberikan harapan-harapan keberhasilan dan bayangan-bayangan yang menakutkan
jika mereka jatuh ke dalam status kelas sosial yang lebih rendah. Jadi, diantara
kelas sosial, kelas sosial menengahlah yang paling giat upayanya untuk
“memperoleh kemajuan”.
Orang-orang
kelas sosial atas tidak perlu “bekerja untuk hidup” atau berjuang untuk
memperoleh status. Walaupun demikian, mereka mungkin merasa didesak untuk mempertegas
status dan pendapatan mereka dengan cara mengabdikan diri pada salah satu
bentuk pengabidan masyarakat. Contohnya keluarga Roosevelt, keluarga
Rockfeller, keluarga Kennedy dan banyak eluarga lainnya. Keluarga berstatus
tinggi semacam itu acapkali mengambangkan kebijakan-kebijakan sosial yang
menguntungkan kelas sosial rendah. Keberhasilan politik mereka membuktikan
bahwa massa bisa menerima pemimpin dari golongan elit, jika pemimpin tersebut
ternyata peka terhadap kebutuhan kelas sosial rendah.
Kelas
sosial atas pada kebanyakan negara mencakup pula golongan “the Jetset”,
orang-orang kaya yang senang bermalas-malasan dan hidup dalam pemborosan yang
tidak bermanfaat. Mungkin jumlah orang semacam itu tidak banyak, namun mereka
tampak sangat menyolok dalam zaman komunikasi seperti saat ini, sehingga
kecemburuan serta kebencian yang diakibatkannya menimbulkan keraguan orang
terhadap legitimasi kelas sosial atas.
DIFERENSIASI SOSIAL
Pengertian Diferensiasi Sosial
Kalau
kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali
perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam
agama, ras, etnis, clan (klan), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
Perbedaan-perbedaan
itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada
tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan
lapisan rendah.
Perbedaan
itu hanya secara horizontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal
dengan istilah Diferensiasi Sosial.
Dalam
masyarakat Indonesia, diferensiasi sosial yang ada sangat beraneka ragam. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain.
a.
Wilayah Indonesia erdiri atas ribuan pula yang terbentang dengan luas 1.906.240
km2 serta terletak diantara dua samudra dan dua benua. Kondisi ini menyebabkan
masing-masing pulau mempunyai keragaman alam dan kebudayaan sendiri
b.
Letak dan keadaan geografis masing-masing pulau atau daerah berbeda-beda.
c.
Perbedaan dalam menyerap unsur-unsur budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan
masyarakat
d.
Perbedaan sistem religi yang dianut masyarakat
Diferensiasi
sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Ciri Fisik
Diferensiasi
ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
Misalnya
: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b.
Ciri Sosial
Diferensiasi
sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan
pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah
perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang
perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c.
Ciri Budaya
Diferensiasi
budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut
nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem
kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang
dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur,
pakaian adat, agama, dsb.
Sebelum
kita mempelajari stratifikasi sosial secara khusus pada modul mendatang, dengan
melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kita bedakan antara diferensiasi
sosial dengan stratifikasi sosial.
1. Diferensiasi Berdasarkan Ras
Ras
adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan
biologis tertentu. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat
berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan budayanya.
A.L
Kroeber membuat klasifikasi ras sebagai berikut:
1)
Austroloid : penduduk asli Australia
2)
Mongoloid, terdiri atas:
a)
Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
b)
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Penduduk
asli Taiwan)
c)
American Mongoloid (penduduk asli benua Amerika (Indian dan Eskimo))
3)
Caucasoid, terdiri atas:
a)
Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik)
b)
Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
c)
Mediteranian (sekitar laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran)
d)
Indic (Pakistan, India, Bangladesh dan Sri Langka)
4)
Negroid, yang terdiri atas:
a)
African Negroid (Benua Afrika)
b)
Negrito (Afrika Tengah, Orang Semang di semenanjung Malaya dan Filipina)
c)
Melanesia (Papua, Melanesia)
5)
Ras-ras khusus
a)
Bushman (Gurun Kalahari-Afrika Selatan)
b)
Veddoid (pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
c)
Polynesian (lkepulauan mikronesia dan Polynesia)
d)
Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokaido Jepang)
Menurut
Bruce J. Cohen, rasialisme adalah paham yang meyakini bahwa kelompok ras yang
dimiliki oleh seseorang adalah lebih tinggi daripada kelompok ras yang dimiliki
oleh orang lain.
Sedangkan
menurut E. Von Eickstedt ras dibedakan menjadi
a.
Leukoderm
Leuko
berarti putih. Masyarakat yang termasuk di dalam ras Leukoderm contohnya orang
Polinesia dan Eropa
b.
Melanoderm
Melano
berarti hitam. Masyarakat yang termasuk dalam ras ini adalah Negroid,
Melanesoid, dan Austroloid. Contoh ras Melanoderm adalah orang Afrika, Aborigin
dan Melanesia
c.
Xantoderm
Xanto
berarti kuning. Masyarakat yang termasuk di dalam ras Xantoderm adalah
Mongoloid dan Indian. Contoh ras Xantoderm adalah orang Asia, Indian dan
Eskimo.
2.
Diferensiasi Berdasarkan Etnis
Diferensiasi
masyarakat Indonesia juga ditandai dengan beragamnya suku bangsa atau etnis.
Suku bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan
sosial lainnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umumnya berkaitan
dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaannya.
Menurut
William Kornblum, kelompok etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas
kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasanya memiliki leluhur yang
sama. Dalam pandangan Bruce J Cohen, kelompok etnis dibedakan oleh
karakteristik budaya yang dimiliki oleh para anggotanya. Karakteristik itu
meliputi agama, bahasa dan wilayah.
Menurut
Koentjaraningrat, suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas sering
dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Dengan pengertian tersebut, dapat kita lihat
tiap-tiap anggota suku bangsa tentu akan menggunakan identitas suku bangsanya
dan tetap menjunjung tinggi kebudayaannya walaupun mereka berada di tempat yang
jauh dari daerah asalnya.
Suku
bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
-
di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang,
Melayu;
-
di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb;
-
di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb;
-
di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli,
Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dsb;
-
di Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
-
di Kep. Maluku dan Papua : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
Berkaitan
dengan jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya.
a.
Koentjaraningrat
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut
1.
Sumatra : 42 Suku Bangsa
2.
Jawa dan Madura : 8 Suku Bangsa
3.
Bali dan Lombok : 3 Suku Bangsa
4.
Kalimantan : 25 Suku Bangsa
5.
Sulawesi : 37 Suku Bangsa
6.
Timor : 24 Suku Bangsa
7.
Kepulauan Barat Daya : 5 Suku Bangsa
8.
Maluku : 9 Suku Bangsa
9.
Ternate : 15 Suku Bangsa
10.
Papua : 27 Suku Bangsa
Jumlah
: 195 Suku Bangsa
b.
M.A Jaspan
Jumlah
suku bangsa yang ada di Indonesai menurut M.A Jaspan adalah sebagai berikut.
1.
Sumatra : 49 Suku Bangsa
2.
Jawa : 7 Suku Bangsa
3.
Kalimantar : 73 Suku Bangsa
4.
Sulawesi : 117 Suku Bangsa
5.
Nusa Tenggara : 30 Suku Bangsa
6.
Maluku dan Ambon : 41 Suku Bangsa
7.
Papua : 49 Suku Bangsa
Jumlah
: 366 Suku Bangsa
3.
Diferensiasi Berdasarkan Klan
Klan
(Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan
kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan
adat (tradisi). Klan adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau
keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui
garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).
Klan
atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada:
•
Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
§ Marga
Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin;
§ Marga
Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;
§ Marga
Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
•
Masyarakat Minahasa (klannya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut,
Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
•
Masyarakat Ambon (klannya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani,
Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
•
Masyarakat Flores (klannya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da
Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
Klen
atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada
masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari
kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang,
Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb.
Masyarakat
di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal
4.
Diferensiasi Berdasarkan Agama
Menurut
Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang
essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu
agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan
sebagainya.
Masing-masing
agama memiliki berbagai perbedaan. Perbedaan itu, diantaranya terletak pada
hal-hal sebagai berikut.
1.
Konsep Keimanan
Konsep
keimanan mengandung segala keyakinan manusia tentang Tuhan, alam ghaib, segalai
nilai, norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan.
2.
Kitab Suci
Kitab
suci dijadikan sebagai pedoman dalam beribadah dan bertingkah laku sehari-hari.
Kiab suci agama di Indonesia, yaitu Al-Quran, Injil, Weda dan Tripitaka.
3.
Sistem peribadatan dan Upacara Keagamaan
Sistem
peribadatan pada tiap-tiap agama berbeda. Begitu juga dengan upacara keagamaan,
misalnya peringatan Idhul Fitri bagi umat Islam.
4.
Hukum-Hukum yang berlaku dalam Kehidupan
Agama
diturunkan untuk mengatur kehidupan sosial manusia agar dapat hidup selamat
dunia dan akhirat. Dalam agama diajarkan agar manusia saling menghormati,
mencintai, selalu berbuat kebenaran, menjauhi larangan, serta menghindari
perpecahan dan permusuhan satu sama lain.
5.
Diferensiasi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Gender
Untuk
memahami konsep gender, kita harus mampu membedakan kata gender dengan jenis
kelamin. Antara gender dan jenis kelami memiliki arti yang berbeda. Jenis
kelamin merupakan penyifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelami tertentu. Ciri-ciri biologis
akan dengan mudah dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya
laki-laki memiliki jakun dan memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki
alat reproduksi dan rahim.
Sedangkan
gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk
secara sosial dan kultural. Misalnya, perempuan itu secara umum dikenal lemah
lembut, emosional dan keibuan. Sementara itu, laki-laki dianggap memiliki sifat
rasional, jantan dan perkasa. Walaupun begitu banyak juga perempuan yang kuat,
rasional dan perkasa. Sementara itu, banyak juga laki-laki yang emosional dan
lemah lembut.
Menurut
William Kornblum perbedaan jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan
laki-laki secara biologis. Perbedaan tersebut adalah karakteristik seks primer,
seperti alat kelamin yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan
karakteristik seks sekunder seperti bentuk tubuh dan bentuk suara.
MOBILITAS SOSIAL
1.
Pengertian
Gerak
sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure).
Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok
dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Apabila seorang guru kemudian
pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik took buku, dia melakukan gerak
sosial.
2.
Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Ada
dua tipe mobilitas sosial yang utama yaitu mobilitas sosial yang horizontal dan
vertikal.
a.
Mobilitas sosial horizontal
Merupakan
peralihan inividu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke
kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya seseorang yang berlaih
pekerjaan yang sederajat. Dengan adanya mobilitas sosial horizontal tidak
terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
b.
Mobilitas sosial vertikal
Merupakan
perpindahan individu dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang
tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya maka ada dua jenis mobilitas sosial
vertikal, yaitu:
1)
Social climbing, yaitu gerak mobilitas sosial vertikal yang naik
2)
Social sinking, yaitu gerak mobilitas sosial vertikal yang turun
Disamping
itu ada dua jenis mobilitas sosial vertikal lainnya yaitu:
1)
Mobilitas intragenerasi, yaitu mobilitas yang terjadi dalam diri seseorang.
Dalam tipe mobilitas intragenerasi terjadi pula mobilitas yang naik dan turun.
2)
Mobilitas antar generasi, yaitu mobilitas yang terjadi dalam dua generasi.
Dalam tipe mobilitas antar generasi terjadi pula mobilitas yang naik dan turun.
3.
Prinsip Umum Mobilitas sosial vertikal
a.
Hampir tidak ada masyarakat yang sistem lapisannya mutlak tertutup
b.
Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak
sosial yang bertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya.
c.
Gerak sosial yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidak ada.
d.
Laju gerak sosial yang vertikal disebabkan oleh factor-faktor ekonomi, politik
serta pekerjaan bebeda-beda.
e.
Dalam mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomis, politik dan
pekerjaan, tidak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau
berkurangnya laju gerak sosial.
4. Saluran Mobilitas sosial vertikal
Menurut
Pitirim A. Sorokin mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam
masyarakat yaitu:
1.
Angkatan bersenjata → memainkan
peranan penting dalam masyarakat dengan sistem militerisme.
2.
Lembaga keagamaan → merupakan
saluran penting dalam gerak sosial vertikal, dimana tokoh agama akan
mendapatkan status sosial yang tinggi dalam masyarakat.
3.
Lembaga pendidikan → merupakan
saluran kongkret gerak sosial yang vertikal. Bahkan dianggap sebagai social
elevator yang bergerak dari keduduakn yang paling rendah ke kedudukan yang
paling tinggi.
4.
Organisasi politik → Partai
politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam
pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan berorganisasi dan
sebagainya.
5.
Organisasi ekonomi → perusahaan
ekspor impor, perusahaan asing, bank, travel bureau dan lain sebagainya memgang
peranan penting sebagai saluran dalam saluran gerak sosial yang bertikal.
6.
Organisasi keahlian → Ikatan
dokter Indoensia (IDI), persatuan wartawan Indonesia (PWI), merupakan wadah
yang dapat menampung individu-individu dengan dengan masing-masing keahliannya
untuk diperkenalkan kepada masyarakat.
7.
Perkawinan → seseorang
yang menikah dengan seseorang yang berasal dari lapisan atas dapat ikut naik
kedudukannya. Akan tetapi, hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi apbila dia
menikah dengan seseorang yang lebih rendah kedudukannya dalam masyarakat.
KONFLIK
SOSIAL
A. Pengertian Konflik Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial ketika orang perorangan
atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai ancaman. Akan tetapi pemahaman konflik lebih luas dari
sekedar saling memukul. Ada pula kondisi konflik, tetapi pihak-pihak yang
berkonflik tidak saling menyerang secara fisik. Menurut Robert M.Z Lawang
konflik adalah perjuangan memperoleh hal-hal yang langka seperti harta, status
dan otoritas.
B.
Perbedaan antara Konflik dan Kekerasan
Kekerasan
(violence) berasal dari bahasa latin violentia yang artinya penggunaan kekuatan
fisik hingga dapat melukai. Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau
sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau meninggalnya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
C.
Pengendalian Konflik
Ada
tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu:
1.
Konsiliasi → merupakan
pengendalian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan
tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan-keputusan di antara
pihak-pihak yang berlawanan mengani persoalan yang mereka pertentangkan.
2.
Mediasi → pengendalian
konflik yang dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang terlibat konflik
bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan
nasehat-nasehatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan
pertentangan mereka.
3.
Arbitrasi → pengendalian
konflik yang dilakukan apabila kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat
untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi di antara mereka.
D.
Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Menurut
Soerjono Seokanto sebab-sebab terjadinya konflik antara lain:
1.
Perbedaan individu karena perbedaan perasaan dan pendirian.
2.
Perbedaan kebudayaan karena kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakatnya.
3.
Perbedaan kepentingan baik kepentingan antara orang perorangan maupun antara
kelompok.
4.
Perubahan sosial yang cepat sehingga merubah nilai-nilai dalam masyarakat.
Sedangkan
akibat yang ditimbulkan dari suatu konflik, antara lain
sebagai
berikut:
1.
Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
2.
Retaknya hubungan antar individu atau antar kelompok.
3.
Perubahan kepribadian.
4.
Dapat menghancurkan harta benda dan jatuhnya korban manusia.
5.
Jika kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang, maka dapat dicapai
akomodasi. Akan tetapi, jika tidak seimbang, mengakibatkan terjadinya dominasi
salah satu kelompok terhadap kelompok lainnya.
E. Integrasi Sosial
Integrasi
sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme
struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi d atas dua landasan berikut:
1.
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara
sebagian besar anggota masyarakat.
2.
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations).
Menurut
William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial
adalah:
1.
Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya
2.
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
3.
Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara
konsisten.
Pasted
from < http://infosos.wordpress.com/kelas-xi-ips/struktur-sosial/ >
Comments (0)
Post a Comment